Pasar Konsumen
c. Pembelajaran
Pasar atau konsumen dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni konsumen akhir (pasar
konsumen) dan pasar bisnis (pasar industri). Dimana pasar konsumen adalah
sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk dikonsumsi dan bukannya
untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan pasar bisnis adalah pasar yang terdiri
dari individu-individu atau organisasi yang membeli barang untuk diproses lagi
menjadi barang lain dan kemudian dijual. Berdasarkan pengertian tersebut,
sebagai contoh maka petani digolongkan kedalam pasar bisnis, sebab mereka
membeli barang digunakan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang-barang
hasil pertanian.
2. Model-Model Perilaku Konsumen
·
JENIS PERILAKU KEPUTUSAN PEMBELIAN
Pengambilan keputusan pembelian pada konsumen pada dasarnya
berbeda-beda, hal ini dapat bergantung pada jenis keputusan pembelian.
Keputusan untuk membeli sebuah sabun
mandi, alat-alat olahraga, komputer, dan kendaraan bermotor tentunya sangat
berbeda. Henry Assel membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen
berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antarmerek.
Adapun jenis-jenis perilaku pembelian tersebut sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Menurut Hassel, perilaku pembelian yang rumit terdiri dari
tiga tahapan. Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang suatu produk
tertentu. Kedua, ia akan membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia
membuat pilihan yang cermat. Dalam perilaku pembelian jenis ini konsumen
dikatakan melakukan pembelian yang rumit jika mereka terlibat dalam kegiatan pembelian
yang dimana terdapat sebuah perbedaan yang besar antar merek. Biasanya kegiatan
pembelian jenis ini biasanya terjadi bila produk yang akan
dibeli memiliki harga yang mahal, jarang dibeli, berisiko, dan sangat
mengekspresikan diri seperti, kendaraan bermotor, telepon selular dan
sebagainya.
2. Pembelian pengurang ketidaknyamanan
Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun
hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi didasari
pada fakta-fakta bahwa pembelian tersebut sangat
mahal, jarang dilakukan dan berisiko tinggi. Dalam kasus itu, pembeli akan
bebelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tesedia. Jika
konsumen menemukan perbedaan mutu antarmerek tersebut, dia mungkin akan memilih
harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaan kecil dia mungkin
akan akan membli semata-mata berdasarkan harga dan kenyamanan. Setelah
pembelian tersebut, konsumen mungkin akan mengalami disonansi/ketidaknyamana
yang muncul setelah merasakan adanya fitur yang tidak mengenakan atau yang
menyenangkan mengenai merek lain, dan akan siaga terhadap informasi yang
mendukung keputusannya. Dalam contoh ini, konsumen pertama-tama bertindak,
kemudian mendapatkan keyakinan baru, dan
berakhir dengan mendapatkan serangkaian sikap. Komunikasi pemasaran harus
memasok keyakinan dan evaluasi yang
membantu
konsumen merasa puas terhadap pilihan mereknya.
3. Perilaku Pembelian karena kebiasaan
Dalam sebuah kegiatan pembelian terdapat banyak produk yang
dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan
antarmerek yang signifikan. Misalnya Sabun mandi. Para konsumen akan memiliki
sedikit keterlibatan pada jenis produk itu. Mereka pergi ke toko dan mengambil
merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Terdapat bukti bahwa
konsumen tidak memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian sebgaian
produk yang rendah dalam sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli.
Dalam perilaku pembelian jenis ini, para pemasar dapat
melakukan empat teknik untuk berusaha mengubah produk dengan keterlibatan
rendah menjadi keterlibatan tinggi. Pertama, pemasar dapat mengaitkan produk
dengan beberapa isu yang menarik keterlibatan, seperti ketika pasta gigi
pepsodent dikaitkan dengan usaha untuk mencegah gigi berlubang. Kedua, merek
dapat mengaitkan produk dengan beberapa situasi pribadi, contohnya dengan mengiklankan
merek kopi setiap pagi hari ketika konsumen ingin mengusir rasa kantuk.
Ketiga, pemasar dapat merancang iklan yang dapat memicu emosi yang berhubungan
dengan nilai pribadi. Keempat, dengan menambahkan fitur yang penting, contohnya
melengkapi minuman biasa dengan vitamin.
4. Perilaku Pembelian yang mencari variasi
Pada jenis perilaku pembelian ini ditandai dengan rendahnya
keterlibatan konsumen terhadap perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi
ini konsumen sering melakukan peralihan merek. Salah satu contih dari
jenis pembelian ini dapat dilihat dalam pembelian kue kering. Dalam kegiatan
pembelian ini konsumen memiliki beberapa keyakinan tentang kue kering, memilih
kue kering tanpa melakukan banyak evaluasi dan mengevaluasi produk selama konsumsi.
Namun pada kesempatan berikutnya, konsumen mungkin akan mengambil merek lain
karena ingin mencari rasa yang berbeda dan peralihan merek terjadi karena
adanya keinginan untuk mencari variasi bukan karena adanya ketidakpuasan.
3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen Individu
Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1. Faktor Sosial
a. Grup
Sikap
dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana
orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership
group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga,
teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan
memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan
profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens,2003,pp.203-204).
b.
Pengaruh Keluarga
Keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar
telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian
produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh
yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.204).
c. Peran
dan Status
Seseorang
memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan,
organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang
untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa
sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh
masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2. Faktor Personal
a. Situasi Ekonomi
Keadaan
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan
konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah.
Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan
keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b. Gaya Hidup
Pola
kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini
orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler,
Amstrong, 2006, p.138)
c. Kepribadian dan Konsep Diri
Personality
adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan
respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang
yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah
beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran
diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep
diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Umur dan Siklus Hidup
Orang-orang
merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan,
baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli
juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan
dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan
oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan
strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler,
Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Pekerjaan
Pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja
konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat
kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran,
sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari
restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
3. Faktor Psikologi
a.
Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang
paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi
motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b.
Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan
menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari
dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari
rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai
hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca,
diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi
terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi
individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama
(Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Beliefs and Attitude
d. Beliefs and Attitude
Beliefs
adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat
didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006,
p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan
kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide
(Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
4. Faktor Kebudayaan
4. Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang
melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129).
Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture,
mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler,
Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Subkultur
a. Subkultur
Sekelompok
orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan
keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130).
Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai,
sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.202).
b. Kelas Sosial
b. Kelas Sosial
Pengelompokkan
individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan
juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006,
p.132).
4. Proses Keputusan Pembeli Individu
1.
Pengenalan Kebutuhan
Merupakan tahap pertama
proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau
kebutuhan.
2.
Pencarian Informasi
Tahap yang merangsang
konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya
meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi dari sumber-sumber
atau beberapa alternatif.
· Sumber
pribadi :
keluarga, teman, tetangga, kenalan
· Sumber
komersial : Iklan, wiraniaga, agen,
kemasan, pajangan
· Sumber
publik
: media massa, organisasi penilai konsumen
· Sumber
pengalaman : penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk
3.
Evaluasi Alternatif
Tahap ketika konsumen
menggunkan informasi untuk mengevaluasi merek alternative dan perangkat
pilihan.
4.
Keputusan Membeli
Tahap, ketika konsumen
benar-benar membeli produk . setelah mengevaluasi alternatif yang ada dan
mempelajarinya agar meyakinkan untuk mengambil suatu keputusan.
5.
Tingkah Laku Pasca Pembelian
Tahap ketika konsumen
mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas dan
tidak puas. Sehingga dapat mengevaluasi alternatif lain yang ada setelah
melakukan transaksi. Berdasarkan teori-teori diatas bahwa seorang konsumen
sebaiknya mengikuti proses-proses tersebut dalam menjalani kegiatan ekonomi
dalam bidang konsumsi, sehingga para konsumen bisa dapat seksama menjalani dan
mempelajari apa-apa yang harus dilakukan dalam proses transaksi.
5. Perilaku Konsumen Internasional
Menurut American Marketing
Association, perilaku konsumen didefinisikan sebagai: interaksi dinamis antara
pengaruh & kognisi, perilaku & kejadian di sekitarnya dimana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Ada 3 ide
penting dalam definisi tersebut :
1.
Perilaku konsumen adalah dinamis, artinya : konsumen atau kelompok konsumen
selalu berubah & bergerak sepanjang waktu.
2.
Perilaku konsumen melibatkan interaksi, artinya : memahami konsumen &
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga harus memahami apa yang
mereka pikirkan ( kognisi ), apa yang mereka rasakan ( pengaruh ), apa yang
mereka lakukan ( perilaku ), dan apa serta dimana ( kejadian disekitarnya ).
3.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran di antara individu.
6. Proses Psikologis Pada Perilaku Konsumen
Internasional
·
Affect ( afeksi ), merupakan segala
sesuatu yang melibatkan perasaan terhadap tanggapan dari penilaian positif atau
negatif, senang atau benci dan dalam intensitas atau tingkatan pergerakan
badan.
Tanggapan
afektif diciptakan oleh sistem afektif. Ada 5 sifat dasar dari sistem afektif,
yaitu :
1. Reaktif
, artinya tanpa rencana, tanpa tujuan, atau tanpa keputusan terjadi dengan
segera & otomatis dari aspek nyata pada lingkungan. Misal : warna kesukaan.
2.
Masyarakat memiliki kontrol langsung yang kecil, misalnya perlakuan kasar
salesman menyebabkan frustasi / marah, kerumunan / antrian pembelian di sebuah
toko menyebabkan perasaan tidak nyaman / frustasi sehingga meninggalkan toko.
3. Fisik
ada dalam tubuh manusia, misal rasa gugup akibat kegembiraan membeli suatu
produk yang sangat penting ( rumah atau mobil ).
4. Dapat
menanggapi berbagai jenis rangsangan. Misal : tanggapan evaluasi pada objek
atau situasional.
5. Belajar
( penilaian / perasaan ) misalya : pengalaman, pengetahuan & interaksi.
·
Kognitif ( cognition ) menurut
anderson; 1985 merupakan proses mental yang dikembangkan oleh sistem, yaitu
pengertian, penilaian, perencanaan, penetapan & proses berpikir.
1.
Pengertian : menginterprestasikan atau menetapkan arti aspek khusus lingkungan
seseorang.
2. Penilaian
: menetapkan apakah suatu aspek lingkungan / perilaku pribadi seseorang adalah
baik / buruk, positif / negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3.
Perencanaan : menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau mencapai
tujuan.
4.
Penetapan : membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut pandang
sifat yang relevan & mencari alternatif terbaik.
5.
berpikir : aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses pengertian,
penilaian, perencanaan & penetapan.
BAB III
KESIMPULAN
Pasar Konsumen adalah kelompok individual (perorangan maupun rumah
tangga) yang membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa untuk kepentingan
pribadi maupun keluarganya, tidak untuk maksud lain. Model perilaku pasar
konsumen digambarkan dalam bentuk skema stimulus-respons model, yang
menjelaskan mengenai karakteristik pembeli mempengaruhi bagaimana dia
mempersepsikan dan bereaksi terhadap rangsangan serta proses pengambilan
keputusan pembelian itu sendiri mempengaruhi perilaku pembeli.
Adapun karakterisitik yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu factor
budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Didalam pembelian suatu produk,
terdapat suatu proses pengambilan keputusan yang biasa dihadapi oleh konsumen,
meliputi pengenalan kebutuhan, kebutuhan informasi, evaluasi alternative,
pengambilan keputusan, dan perilaku lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar