Manajemen SDM merupakan bidang strategis
dari organisasi. MSDM harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan
tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan
pengetahuan tentang prilaku manusia dan kemampuan untuk mengelolanya. Oleh
sebab itu wajarlah apabila penyusunan strategi SDM harus relevan terhadap
penyusunan strategi bisnis.
Sumber daya manusia biasanya mencakup
keseluruhan bidang manajemen personalia, dan juga merupakan salah satu input yang terpenting dalam kegiatan operasional dalam suatu organisasi, demikian pula pada organisasi bisnis baik yang bergerak di sektor yang menghasilkan barang maupun jasa. Terlebih pada sektor jasa, dimana kepuasan konsumen ditentukan oleh pelayanan yang diberikan perusahaan melalui tenaga kerja yang menjadi operatornya. Oleh karena itu keberhasilan operasional akan ditentukan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
keseluruhan bidang manajemen personalia, dan juga merupakan salah satu input yang terpenting dalam kegiatan operasional dalam suatu organisasi, demikian pula pada organisasi bisnis baik yang bergerak di sektor yang menghasilkan barang maupun jasa. Terlebih pada sektor jasa, dimana kepuasan konsumen ditentukan oleh pelayanan yang diberikan perusahaan melalui tenaga kerja yang menjadi operatornya. Oleh karena itu keberhasilan operasional akan ditentukan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
Pembahasan dimulai dengan menekankan
pada perubahan lingkungan bisnis dramatis yang memiliki pengaruh terhadap
perubahan peran SDM. Untuk mendukung perubahan tersebut organisasi perlu
melakukan Reposiotioning baik dalam hal perilaku dan kompetensi SDM
sebagai bagian dari Reposiotioning peran SDM untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan.
Perubahan Lingkungan Bisnis
Schuller (1990) melihat berbagai
perubahan lingkungan bisnis tersebut meliputi aspek internal dan eksternal.
Perubahan eksternal lebih banyak melihat pada berbagai faktor di luar
organisasi yang mempengaruhi perubahan peran SDM. Sementara perubahan internal
lebih banyak melihat pada berbagai faktor di dalam organisasi yang mempengaruhi
perubahan peran SDM.
1. Perubahan Eksternal
Perubahan eksternal dalam lingkungan bisnis meliputi
tantangan global,yang berupa :
-
Ekspansi global dan persaingan akan penugasan
internasional,
-
Persaingan domestik dan internasional (kinerja
karyawan dan pemberdayaan),
-
Karekterisitik demografi (gender,pendapatan,glass-ceilling
effect,minoritas,mayoritas, dan diversitas angkatan kerja),
-
Karakterisitik angkatan kerja (tingkat
pendidikan dan nilai budaya kerja),
-
Trend ekonomi dan organisasional yang meliputi :
perubahan skill dan pekerjaan,perubahan organisasi,kemajuan
teknologi,otomatisasi dan robotis.
2. Perubahan Internal
Perubahan internal dalam
lingkungan bisnis meliputi permasalahan manajemen puncak (nilai budaya,hak dan
etika,serta program pengembangan),struktur organisasional (Manajemen SDM
strategis), budaya organisasi (filosofi SDM), ukuran organisasional (pengendalian
prilaku). Berbagai perubahan internal tersebut meliputi :
Tantangan kualitas
Berupa penciptaan produk dan
jasa berkualitas,tingginya tuntutan untuk semakin kreatif,berani mengambil
resiko,dapat beradaptasi,mampu bekerja dalam kelompok serta bertambahnya
tekanan untuk meningkatkan kualitas kerja dan partisipasi kerja tim.
Tantangan teknologi,
Berupa perubahan struktural
dan perubahan peran dari SDM,bertambahnya tekanan untuk membuktikan peran dari
SDM dalam meningkatkan kualitas SDM dan memberikan pelayanan terbaik kepada
dept lain,semakin bervariasinya pengalaman dan latar belakang karyawan yang
aktif berkarya dalam suatu organisasi.
Tantangan sosial,
Berupaya penanganan kompetensi
karyawan dan cara perusahaan menangani konflik kerja,makin meningkatnya tekanan
untuk mengukur produkvitas kerja karena adanya benchmarking,maka
organisasi harus berlomba dalam meningkatkan kinerja agar mampu bersaing di
arena bisnis global dan terakhir berubahnya tekanan dari penghargaan
berdasarkan lama pekerjaan ke penghargaan berdasarkan prestasi kerja.
Lebih lanjut baik perubahan eksternal
maupun internal memiliki implikasi lebih lanjut terhadap organisasi untuk
melihat keunggulan kompetitif yang dimiliki terutama potensi SDM demi
memenangkan persaingan global. Sehingga organisasi perlu mengkaji ulang
strategi bisnis demi meningkatkan kinerja daya saing.
3. Perubahan Peran SDM
Perubahan lingkungan bisnis
akan membawa dampak perubahan pada strategi bisnis. Sebagaimana telah diketahui
perubahan strategi bisnis akan semakin mengarahkan manajer untuk memperjelas ke
arah mana visi dan misi bidang SDM akan dibawa. Dalam pengertian bahwa SDM
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi. Karena perubahan ini
menyangkut banyak aspek dan tuntutan yang harus dicapai maka perlu dilakukan
pengembangan kualitas SDM.
Pengembangan kualitas SDM
biasanya dilakukan melalui kegiatan investasi SDM maka perlu diketahui bahwa
dengan adanya investasi SDM maka pola strategi SDM akan berubah dan menuntut
perubahan tipe kompetensi pada tipe tugas berbeda yang akan berdampak pada
perubahan peran SDM. Terkait dengan perubahan peran SDM maka kita perlu melihat
peran SDM pada paradigma tradisional.
Dalam hal ini Cascio (1995) menggaris-bawahi beberapa peran
SDM pada paradigma lama seperti :
-
Attraction yang meliputi
identifikasi persyaratan pekerjaan,menentukan jumlah orang dan kombinasi
keterampilan yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan dan menyediakan kesempatan
yang sama bagi setiap kandidat terpilih.
-
Selection yang meliputi memilih
orang yang terbaik bagi pekerjaan yang bersangkutan.
-
Retention yang meliputi memberikan
reward bagi orang yang bekerja efektif dan mempertahankan keamanan dan
kenyamanan lingkungan kerja.
-
Development yang meliputi
meningkatkan dan menyiapkan kompetensi karyawan melalui peningkatan knowledge,skill
dan abilities dan pendekatan spesialis fungsi perusahaan.
-
Assesment yang meliputi pengamatan
dan penilaian perilaku dan sikap yang relevan dengan pekerjaan dan kinerja SDM.
-
Adjusment yang meliputi :
pemeliharaan pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan kebijakan SDM perusahaan.
Organisasi
perlu terus melakukan pengembangan SDM karena bagaimanapun dept SDM merupakan
mitra dept lain dalam pengembangan SDM. Paradigma pengembangan SDM baru
ternyata sudah lebih mengoptimalkan pada proses komunikasi dua arah dan
perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up). Lebih khusus perubahan yang
terjadi juga menyangkut perubahan peran SDM. Manajer harus mampu melihat
perubahan peran SDM seperti apa yang harus dimainkan. Tuntutan ini terjadi karena
dalam paradigma baru tentu akan tercermin budaya kerja baru,strategi dan peran
SDM baru dalam suatu tipologi organisasi baru,sebagaimana tabel dibawah ini
yang secara spesifik melukiskan pergeseran peran tersebut.
Jenis Organisasi
|
Peran penting SDM
|
Organisasi dalam lingkungan
lama
|
Berkonsentrasi pada fungsi
produksi,keuangan dan pemasaran serta bukan merupakan tipe manajemen yang
efektif karena berorientasi jangka pendek
|
Organisasi dalam lingkungan
baru
|
Berkonsentrasi pada fungsi
SDM, merupakan tipe manajemen yang efektif karena berorientasi jangka panjang
|
Dari tabel
diatas terlihat bahwa dengan adanya perubahan lingkungan organisasi maka
konsentrasi seorang manajer SDM dituntut berubah. Hal ini mengakibatkan tipe
peran yang harus diambil.
1. Repositioning
Peran SDM
Upaya repositioning pada
dasarnya merupakan transformasi peran yang menuntut kemampuan,cara kerja,cara
pikir dan peran baru dari SDM. Untuk dapat melakukan proses repositioning
dengan baik maka organisasi perlu mempersiapkan SDM yang mampu bersaing di masa
depan.
Repositioning Perilaku
SDM berkaitan dengan peningkatan inisiatif bekerja dalam diri maupun kompetensi
SDM.
2. Repositioning Perilaku SDM
Yang perlu dibahas pada hal ini adalah hubungan strategi
kompetitif yang menjelaskan bahwa untuk mencapai strategi yang kompetitif
dibutuhkan adanya perilaku tertentu dan mereka mengajukan suatu hipotesis
tentang model manajemen SDM yang dapat mencapai kondisi organisasi yang
mempunyai keunggulan kompetitif. Dalam hal in,ada tiga strategi untuk mencapai
keunggulan kompetitif.
1. Strategi
inovasi digunakan untuk mengembangkan produk atau jasa yang berbeda dari
para pesaing.
2. Strategi
kualitas lebih mengutamakan pada penawaran produk atau jasa yang lebih
berkualitas,meskipun produknya sama dengan pesaing.
3. Strategi
pengurangan biaya menekankan pada usaha perusahaan untuk menjadi produsen
dengan penawaran harga produk rendah.
Beberapa dimensi peran perilaku karyawan yang diperlukan
untuk mendukung penerapan atau implikasi tiga strategi di atas tentu akan
berbeda-beda. Ini dapat dilihat sebagai berikut :
Strategi
inovasi,
Perilaku karyawan yang
diperlukan adalah tingkat kreativitas tinggi,berfokus pada jangka
panjang,mempunyai tingkat kerjasama yang tinggi,perilaku mandiri,cukup memiliki
perhatian pada kualitas dan kuantitas,seimbang dalam orientasi proses dan
hasil,penerimaan resiko pada tingkat yang lebih tinggi serta toleransi yang
cukup tinggi terhadap ketidakpastian. Sebagai implikasinya,dalam mengelola
karyawan sebaiknya memberikan sedikit pengawasan,memilih karyawan yang
mempunyai keterampilan tinggi,memberikan sumberdaya yang lebih banyak untuk
bereksperimen dan melakukan penilaian kinerja jangka panjang.
Strategi
kualitas,
Perlu didukung dengan profil perilaku karyawan sebagai
berikut :
-
perilaku yang relatif berulang dan dapat
diprediksi,
-
berfokus pada jangka menengah,
-
cukup mau melakukan kerjasama,
-
perilaku mandiri,
-
perhatian yang tinggi terhadap kualitas,
-
fokus tinggi terhadap proses,
-
kurang berani mengambil resiko dan cukup
komitmen terhadap tujuan organisasi.
Sebagai implikasinya, karena
strategi kualitas melibatkan komitmen dan pemamfaatan karyawan secara lebih
besar,maka organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk lebih besar,maka
organisasi hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk membuat output yang sama
atau standar.
Strategi
pengurangan biaya,
Diperlukan perilaku karyawan
yang relatif berulang dan dapat diprediksi,berfokus jangka pendek,lebih
mengutamakan pada kegiatan individu dan otomatisasi,cukup memberikan perhatian
kualitas,perhatian terhadap kuantitas output lebih tinggi,kurang berani
menanggung resiko dan lebih menyukai kegiatan yang bersifat stabil. Sebagai
implikasinya,perusahaan akan banyak menggunakan tenaga kerja yang part time,sub
kontrak,menyederhanakan pekerjaan dan prosedur pengukuran,melakukan
otomatisasi,perubahan aturan kerja dan fleksibelitas penugasan.
3. Repositioning Kompetensi SDM
Peran strategi SDM juga
menyangkut masalah kompetensi SDM baik dalam kemampuan teknis,konseptual dan
hubungan manusiawi. Upaya Repositioning kompetensi SDM dilakukan dengan
merunbah pemahaman organisasi tentang peran SDM yang semula people issues menjadi
people related business issues.
People issues dapat
didefinisikan sebagai isu bisnis yang hanya dikaitkan dengan orang bisnis saja
(business competency is only business people). Artinya lebih banyak yang
terlibat adalah eksekutif bisnis dan eksekutif SDM tidak perlu terlalu banyak
terlibat dalam perencanaan strategi bisnis yang akan diambil.
Sebagai implikasinya
kompetensi karyawan atau eksekutif SDM cenderung kurang diakui. Setelah
terjadinya paradigma manajemen SDM maka pemahaman tersebut berubah menjadi
people related business issues (business competence is for every business
people in the organization included Human Resources Management People or
Excecutives).
People related business
issues didefinisikan sebagai persoalan bisnis yang selalu dikaitkan dengan
peran serta aktif SDM. Isu ini berkembang oleh karena adanya tendensi seperti :
People,service and profit,100% customer service,challenge and
opportunities,no lay off,guaranteed for treatment,survey or feedback or
action,promote for work,profit sharing and open door policy.
Tendensi-tendensi ini memiliki implikasi yang menuntut kontribusi aktif semua
pihak yang ada dalam organisasi terutama karyawan SDM.
Dengan adanya kecenderungan
tersebut maka peran SDM akan semakin dihargai terutama dalam hal kompetensi SDM
untuk pengelolaan bisnis. Penghargaan terhadap kompetensi SDM memang diperlukan
karena hal tersebut akan mempengaruhi keefektifan kegiatan bisnis.
Maka terkait dengan peran
strategis SDM ada beberapa keahlian yang harus dikuasai oleh seorang manajer.
Berbagai kompetensi atau keahlian dari manajer ternyata terkait dengan beberapa
upaya pengelolaan organisasi terhadap berbagai aspek bidang pengetahuan yang
harus dikuasai oleh seorang manajer (People related business issues).
Secara terperinci berbagai tipe pengelolaan tersebut dapat disajikan dalam
tabel dibawah ini.
Bidang
|
Elemen Penting
|
Kompetensi Tenaga Kerja
Diversitas Angkatan Kerja
Dukungan Keunggulan
Globalisasi Tenaga Kerja
|
Kompetensi transformasional,berbasis input dan output
Ras,Jenis kelamin,umur dan bahasa
Customer values dan kompetensi manajerial
Expatriate,Standarisasi SDM Internasional
|
Pengelolaan
kompetensi tenaga kerja
Pengelolaan ini meliputi
beberapa kompetensi SDM seperti : Kompetensi transformasional, Kompetensi
berbasis input dan Kompetensi berbasis output.
Kompetensi
berbasis input : lebih menekankan pada manager-strategy-fit melalui
proses pengangkatan karyawan untuk organisasi dalam bentuk integrasi SDM.
Kompetensi transformasional : lebih menekankan
inovasi dan pemanfaatan kewirausahaan melalui proses pembentukan dan
sosialisasi perilaku karyawan atas dasar kreativitas,kerjasama dan saling
percaya.
Kompetensi berbasis output : lebih menekankan pada
keterlibatan yang lebih tinggi dari karyawan melalui proses pembelajaran
positif,pembangunan reputasi yang baik dan hubungan positif dengan para stake
holder.
Pengelolaan
Diversitas Angkatan Kerja.
Merupakan pengelolaan terhadap
berbagai aspek yang membedakan SDM satu sama lain : ras , jenis kelamin,umur
dan bahasa,tetapi ada juga yang melihat bahwa diversitas ini meliputi :
pemahaman diversitas sebagai pengetahuan sosial serta diadakannya paket pelatihan
bagi manajer dengan topik terkait.
Pengelolaan
Dukungan Keunggulan Kompetitif Tenaga Kerja
Merupakan upaya yang membuat
staf SDM dan manajer lini mampu mendukung upaya organisasi untuk mencapai
tujuan dalam suatu lingkungan yang lebih flat,bersih dan fleksibel. Untuk
merealisasikan hal tersebut mutlak diperlukan pengembangan SDM atau
dapat juga dikatakan bahwa pengelolaan keunggulan kompetitif meliputi :
kemampuan organisasi merumuskan strategi guna memaksimalkan profit dan membuat
organisasi mempunyai nilai transaksi yang baik,unik dan tidak dapat ditiru
pesaing dimata pelanggan (customer values). Tambahan kompetensi yaitu
kompetensi manajerial yakni manajer SDM memiliki peran dalam pembentukan visi
strategik,penyusunan model organisasional dan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan.
Pengelolaan
Globalisasi Tenaga Kerja
Merupakan sebagai upaya untuk
menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan akan globalisasi dalam praktek
bisnis. Globalisasi akan membuat tantangan khusus terutama bagi para
profesional dalam dekade 90-an. Beberapa aspek pengetahuan akan globalisasi
yang perlu diketahui misalnya.meliputi pemahaman tentang expatriate,kebijakan
SDM negara berkembang,penugasan internasional,standarisasi internasional dan
diversitas SDM.
Implikasi Repositioning Peran SDM
Untuk menunjang proses Repositioning
peran SDM,dapat menggunakan beberapa upaya Customerizing peran SDM
sebagai pertimbangan yaitu :
-
Kondisi wajar segala aktifitas SDM melalui
pendefinisian tanggung jawab departemen SDM untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan organisasi. Faktor kuncinya adalah time and money
management,motivating,quality work of life and competency.
-
Agenda aksi SDM melalui pelaporan periodik dari
manajer SDM kepada manajer puncak perihal tugas-tugasnya. Kuncinya adalah people
is most important factor.
-
Implementasi agenda aksi SDM melalui pemberian
tanggung jawab pekerjaan yang tepat sesuai dengan kapabilitas staf SDM.
Kuncinya adalah the right man on right jobs.
-
Evaluasi dan validasi aktivitas SDM melalui
pembelajaran para eksekutif SDM untuk berprilaku seperti orang bisnis. Kuncinya
adalah large contribution to company with the fairly competition and
increase the cost control.
Berdasarkan pada empat faktor customerization
di atas maka organisasi akan dapat melakukan Repositioning divisi SDM
yang akan meliputi peran baru,hubungan baru,cara berpikir dan cara kerja
baru manajer lini dan manajer SDM.Kemudian proses Repositioning
selanjutnya dihasilkan divisi SDM baru dimana terdiri dari para staf SDM yang
peduli terhadap isu bisnis,berfokus pada pelanggan,bekerja dalam kelompok dan
memiliki tipe perencanaan bottom-up. Peran baru manajer SDM diharapkan
memiliki dampak positif terhadap keefektifan pengembangan organisasional.
Karena pada dasarnya eksekutif SDM dapat menjadi agen perubahan organisasi yang
handal.
Pencapaian Peran
Strategi SDM
Peran strategis SDM sebagai outcome
proses Repositioning diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan
dalam perencanaan strategi bisnis. Hal ini berarti pencapaian peran strategi
SDM sudah selayaknya dimulai dari analisa kompetensi SDM dan perilaku SDM.
Pencapaian peran strategis SDM
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yang meliputi Connecting
role,enabling role,monitoring role,inovating role dan adapting role,
sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini :
Elemen
|
Diskripsi
|
Connecting role
|
· Linking
the HR to business role
· Know
the needs of the business,where its going,where it should be going and
helping to get there
· Increase
involvement in the key issues strategy direction
|
Enabling role
|
Customerization: viewing everybody whether internal or
external to the organization as a customer and their putting first.
|
Monitoring role
|
Using of computer technology and human resources
information system.
|
Inovating role
|
Using contribution assestment to measure efficiently
and effectiveness of HRD.
|
Adapting role
|
Using of flexible role model to dilute the
bureaucration
|
Berbagai macam peran baru SDM sebagai hasil proses
repositioning seperti :
(1) Business Person meliputi :
praktisi SDM,partisipasi dalam bidang keuangan dan operasional,rotasi posisi
antar fungsi SDM dan fungsi lain
(2) Shaper of change seperti :
partisispasi tim atas perubahan,melakukan penelitian,dan partisipasi aktif
pembentukan misi dan tujuan perusahaan.
(3) Consultant to organizer or partner to
line seperti : aktif dalam konsorsium,penyiapan proposal dan
partisipasi dalam sistem komputerisasi.
(4) Strategy formulator and implementator seperti
: mengerti strategi bisnis,orientasi bisnis secara strategis,strategi semua
divisi organisasi dan aplikasi praktek manajemen SDM dari berbagai lini
strategis.
(5) Talent manager seperti :
komunikasi dengan semua manajer lini secara terus menerus,konferensi
pengembangan jaringan kerja dan computer intillegent.
(6) Asset manager and cost controller seperti
: kursus akutansi dan keuangan,baca artikel jurnal dan prosedur akuntansi.
Beberapa peran baru tersebut
dapat dikategorikan sebagai peran strategis SDM karena terkait langsung secara
aktif dengan kegiatan bisnis organisasi. Adapun kategorisasi peran strategis
SDM sebagai berikut :
-
Menjadi partner manajer dalam pelaksanaan
strategi.
Artinya manajer SDM mampu untuk melakukan audit organisasional,menemukan metode pengembangan yang tepat dan terakhir melakukan prioritas dalam penentuan skala dan pelaksanaan tindakan.
Artinya manajer SDM mampu untuk melakukan audit organisasional,menemukan metode pengembangan yang tepat dan terakhir melakukan prioritas dalam penentuan skala dan pelaksanaan tindakan.
-
Menjadi eksekutif administratif yang ahli.
Artinya manajer SDM tentunya bukan hanya terampil dalam pekerjaan administrasi belaka tetapi juga terampil dalam pekerjaan manajerial yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat,cepat dan benar.
Artinya manajer SDM tentunya bukan hanya terampil dalam pekerjaan administrasi belaka tetapi juga terampil dalam pekerjaan manajerial yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat,cepat dan benar.
-
Menjadi eksekutif yang juara.
Artinya mampu menjadi panutan bagi karyawan lain dalam bekerja dan fasilitator serta motivator jika karyawan lain mengalami kesulitan.
Artinya mampu menjadi panutan bagi karyawan lain dalam bekerja dan fasilitator serta motivator jika karyawan lain mengalami kesulitan.
-
Menjadi agen perubahan.
Artinya menjadi inovator dalam arti memberikan nilai tambah bagi kemajuan organisasi dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang terjadi di sekitarnya.
Artinya menjadi inovator dalam arti memberikan nilai tambah bagi kemajuan organisasi dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang terjadi di sekitarnya.
Tujuan Strategi Sumber Daya Manusia
Tujuan dari strategi sumber daya manusia ini antara lain untuk menopang
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, baik yang bergerak di bidang
produksi barang maupun jasa, organisasi bisnis ataupun organisasi non bisnis.
Suatu organisasi baik bisnis maupun non bisnis
tidak akan dapat beroperasi tanpa adanya faktor sumber daya manusia. Oleh
karena itu diperlukan suatu strategi yang berkaitan dengan sumber daya manusia,
sehingga dapat menentukan bakat dan keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan
operasional yang tersedia dalam organisasi. Dibutuhkan cara dalam pengelolaan
dan perancangan tenaga kerja yang tepat guna, sehingga orang-orang tersebut
(tenaga kerja) bias efektif dan efisien.
Agar Tenaga kerja/sumber daya
manusia tersebut menjadi efektif dan efisien, maka yang pertama tenaga kerja
itu harus :
- Dimanfaatkan secara efisien dalam lingkup operasional yang ada.
- Memiliki mutu kehidupan kerja yang baik dalam suasana yang saling terkait dan saling percaya.
Ada berbagai batasan yang
harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai sumber daya manusia,
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Untuk menjawab pertanyaan apa? maka berkaitan dengan keputusan strategi produk yaitu keahlian dan bakat yang dibutuhkan, bahan yang dibutuhkan dan masalah keamanan kerja.
- Untuk mejawab pertanyaan kapan? maka berkaitan dengan keputusan strategi penjadwalan.
- Untuk menjawab pertanyaan dimana? maka berkaitan dengan keputusan strategi lokasi yaitu mempertimbangkan berbagai varibel yang dipertimbangkan dalam memilih lokasi seperti kondisi iklim maupun suhu udara, pencahayaan maupun kualitas udara.
- Untuk menjawab pertanyaan mengenai prosedur? Maka berkaitan dengan keputusan strategi proses yaitu mempertimbangkan teknologi, mesin maupun keamanan.
- Untuk menjawab pertanyaan mengenai siapa? Maka berkaitan dengan masalah perbedaan individu dari kemampuan fisik maupun mental serta intelektual.
- Untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana? Maka berkaitan dengan keputusan strategi layout (tata letak) sesuai dengan pilihan organisasi perusahaan.
DESAIN
PEKERJAAN / DESAIN PENUGASAN
Desain pekerjaan atau desain penugasan merupakan sebuah pendekatan yang
menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seorang atau
sekelompok karyawan. Desain pekerjaan atau desain penugasan dapat diartikan
juga sebagai suatu pendekatan tugas secara spesifik, yang ditetapkan menjadi
suatu uraian tugas (deskripsi) di antara pekerja dengan kelompok atau
organisasi.
a. Spesialiasi Tenaga
Kerja
Spesialisasi tenaga kerja
merupakan pembagian tugas secara khusus atau special, yang dapat dilakukan
dengan mengembangkan keterampilan karyawan, mengurangi kerugian waktu sebagai
akibat keengganan karyawan untuk melakukan peralihan tugas, serta pelatihan
untuk menggunakan peralatan secara special atau khusus.
b. Pengembangan
Tugas/Pekerjaan
Pengembangan tugas karyawan
dilakukan untuk dapat mengantisipasi perubahan permintaan atas produk atau jasa
dari pelanggan. Perubahan permintaan konsumen dapat menjadi perubahan secara
total sebagai sistem konversi, sehingga akan mengubah dan mengembangkan tugas
karyawan yang ada di dalam sistem konversi, antara lain dengan cara memperluas
tugas karyawan (job enlargement), melakukan mutasi tugas karyawan (job
rotation), memperkaya tugas karyawan (job enrichment), disertai dengan
pemberdayaan karyawan (employee empowerment).
Memperluas tugas (job enlargement)
Merupakan penambahan
jenis tugas yang bertujuan selain mengurangi sifat tugas yang monoton sehingga
karyawan menjadi jenuh, tujuan lainnya untuk menambah keterampilan karyawan
(dexterity).
Perputaran tugas (job rotation)
Merupakan system
pengembangan karyawan dengan melakukan mutasi atau rotasi tugas, sehingga
setiap tugas yang ada dalam kelompok kerja dapat dikuasai, apabila suatu kurun
waktu kemudian hari ada promosi bagi karyawan tersebut tidak akan ragu-ragu
lagi untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Pengayaan tugas (job enrichment)
Merupakan memperkaya
tugas karyawan dengan cara tertentu di dalam tugas yang sama. Tujuannya adalah
meningkatlan kepuasan kerja dan rasa percaya diri bagi karyawan, serta dapat
menciptakan efisiensi bagi perusahaan, artinya apabila tugas-tugas yang ada
dapat diselesaikan karyawan tersebut maka tidak diperlukan penambahan karyawan
untuk melakukannya.
Pemberdayaan pekerja (employee
empowerment),
Merupakan proses
pendelegasian wewenang bagi karyawan dari atasan (manajer atau supervisor)
untuk mempersiapkan kerjanya. Pemberdayaan karyawan merupakan fungsi atasan,
seperti supervise dan pengarahan, serta motivasi bagi karyawan.
Kepercayaan diri di dalam kelompok
(self- directed teams)
Merupakan proses
pemberdayaan karyawan untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok, di dalam
kesatuan target.
3. Faktor Psikologis Dalam Desain Tugas
Karakteristik tugas mempunyai komponen psikologis
:
- Kemampuan yang bervariasi (skill variety), sehingga pekerja harus disesuaikan dengan karakter kemampuan dan bakat karyawan,
- Pengenalan tugas (job identity),
- Signifikansi tugas (job significance),
- Memberi kebebasan dalam kreasi tugas (autonomy),
- Umpan balik (feed back), dan
- Evaluasi performa secara periodik untuk mengetahui kemajuan dan kinerja karyawan, baik untuk kepentingan karyawan maupun untuk kepentingan organisasi.
Kepercayaan Diri di Dalam Kelompok Kerja
(self-Directed Teams)
Merupakan proses pemberdayaan karyawan untuk
dapat bekerja sama di dalam kelompok, di dalam kesatuan target.
Keuntungan dari penerapan spesialisasi dalam
pekerjaan:
- Memungkinkan diperolehnya produktifitas yang tinggi karena setiap pekerja hanya menangani suatu tugas yang spesifik.
- Biaya produksi per unit menjadi lebih rendah karena meningkatnya produktivitas.
- Berkurangnya waktu yang terbuang karena pekerja tidak perlu berganti tugas dan peralatan yang dipakai.
- Rendahnya investasi karena setiap pekerja menggunakan alat secukupnya dengan tugasnya.
Motivasi dan Sistem Insentif
Di samping komponen psikologis, yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan
karyawan adalah faktor psikologis lainnya, seperti kepuasan kerja karyawan dan
motivasi kerja perlu dipelajari, agar dapat memaksimalkan produktivitas
karyawan. Faktor-faktor tersebut antara lain bonus, pembagian laba, dan
keuntungan organisasi perusahaan, serta dasar dari penetapan insentif.
- Bonus (Reward), merupakan system imbalan uang, dan biasanya diberikan secara tunai atau deposito yang diberikan kepada karyawan di dalam organisasi.
- Pembagian Laba (Profit Sharing), merupakan system yang mengatur bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada karyawan. Biasanya dikaitkan dengan pencapaian target yang ditetapkan organisasi.
- Pembagian keuntungan (Gain Sharing), dapat sebagai pemberian keuntungan sesudah dilakukan laporan tahunan perusahaan, di mana karyawan diberi bagian dari keuntungan, di samping keuntungan bagi para pemilik saham (owner’s).
- Sistem Insentif (Incentive System), merupakan sistem yang diketahui oleh karyawan bahwa dengan peningkatan produktivitas individu maupun kelompok akan memperoleh sejumlah insentif berdasarkan sistem insentif yang ada.
- Penetapan Sistem Kompensasi (Based Pay System), merupakan dasar bagi karyawan untuk mengetahui porsi kompensasi (pembayaran) yang akan diterimanya apabila karyawan di dalam melakukan tugas disertai kemampuan dan pengetahuan yang baik menyelesaikan tugasnya.
Faktor-faktor diatas dapat menjadi pendorong
untuk menciptakan kepuasan dan motivasi kerja karyawan. Makin tinggi insentif yang
diperoleh karyawan, akan makin tinggi kepuasan dan motivasi kerja karyawan.
Kondisi tingkat kepuasan dan motivasi kerja karyawan yang tinggi akan menjadi
suatu keunggulan bagi organisasi untuk bersaing. Dengan keunggulan ini, sumber
daya manusia perusahaan akan dapat mengikuti perubahan dan perkembangan pasar,
sesuai dengan permintaan konsumen atau pelanggan.
Metode Analisis dan Studi Kerja
Di dalam menjalankan tugas karyawan, apakah pelaksanaan tugas dapat menciptakan
produktivitas kerja atau tidak, maka perlu diadakan analisis dan studi kerja
untuk mengetahui setiap permasalahan yang ada di dalam pelaksanaan tugas
karyawan, di samping untuk pengembangan prosedur dan keamanan kerja, juga untuk
meningkatkan kualitas kerja karyawan. Langkah-langkah untuk itu dapat dilakukan
dengan membuat diagram alir kerja (flow diagrams), kartu prosedur kerja
(process chart), kartu aktivitas (activity chart), kartu operasional (operation
chart).
- Diagram Alir Kerja (Flow Diagrams), menggunakan gambar-gambar untuk menganalisis pergerakan manusia dan bahan atau material. Sehingga dapat di desain alir kerja yang paling efisien dan paling aman.
- Kartu Prosedur Kerja (Process Chart), merupakan grafik yang menguraikan kegiatan dan sinkronisasinya pada setiap langkah prosedur kerja, sehingga akan dapat dianalisis setiap langkah-langkah tersebut apakah sudah dapat menghasilkan efisiensi dan kualitas kerja.
- Kartu Aktivitas (Activity Chart), yang berisi alur kegiatan beserta peralatan yang dipergunakan, disertai kombinasi pemakaian mesin dan peralatan dari operator atau karyawan.
- Kartu Operasional (Operation Chart), yang menggambarkan bagian-bagian kegiatan, yang digambarkan apa yang dilakukan tangan kiri dan kanan.
Dengan menganalisis gambaran, grafik dari
setiap kegiatan ini akan dapat dilakukan pengembangan dan perbaikan tugas lebih
meningkat dan berkualitas.
Visualisasi Tempat Kerja
Visualisasi tempat kerja merupakan langkah yang paling baik untuk melakukan monitoring
karyawan di tempat kerja, sekaligus untuk manganalisis situasi di tempat
kerja apakah sudah memadai atau masih dapat lebih ditingkatkan. Tujuannya untuk
meningkatkan komunikasi antar karyawan atau karyawan dengan atasannya, dan
karyawan dengan peralatan yang ada. Visualisasi di tempat kerja dilakukan
umpamanya di dalam penggunaan peralatan operasional, gambaran tingkat
persdiaan, gambaran cek-time untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, gambaran
informasi kebutuhan persediaan setiap hari, gambaran monitor peralatan dan
mesin yang memerlukan bantuan karyawan, serta gambar prosedur kerja operasional
yang secara spesifik di tempat kerja.
Standar Tenaga Kerja (Labor Standards)
Standar tenaga kerja digunakan untuk tujuan:
- Mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam pekerjaan karyawan, serta pemanfaatan fasilitas operasional.
- Untuk membuat forcasting, perencanaan, dan pengawasan.
Kedua tujuan standar tenaga kerja tersebut
merupakan dasar untuk membuat keputusan operasional.
Pengukuran Kerja (Work Measurement)
Pengukuran kerja merupakan penentuan tingkat dan kuantitas karyawan yang
langsung terlibat di dalam system konversi. Pertama-tama di tentukan standar
waktu kerja karyawan berdasarkan data kemampuan rata-rata kerja karyawan yang
pada umumnya dilakukan dengan cara mengadakan sampel pengamatan. Sampel
tersebut terdiri dari sejumlah karyawan dengan tingkat keterampilan yang
berbeda, kemudian tingkat output yang diperoleh masing-masing diukur. Dari
hasil pengukuran itu diperoleh rata-rata kemampuan kerja mereka.
Menetapkan standar waktu karyawan (labor standar) dapat dilakukan melalui
teknik pengukuran kerja dengan beberapa macam pendekatan.
1. Pendekatan dengan Mengabaikan Formalitas
Pada usaha jasa, pada umumnya
bersifat padat karya, standar karyawan diukur dengan teknik ini, dengan
demikian, gaji atau upah tidak di dasarkan atas efektivitas kerja.
2. Pendekatan Data Historis
Teknik ini menganggap bahwa
apa yang sudah dilaksanakan adalah normal. Jadi standar karyawan di tetapkan
berdasarkan data pelaksanaan yang sudah dilakukan.
3. Pendekatan Waktu Langsung
Pada umumnya teknik ini
disebut studi waktu atau stopwatch, dan alat yang digunakan adalah stopwatch.
4. Pendekatan Sampel Kerja
Teknik ini dapat menggunakan
metode Tippet yang diperkenalkan tahun 1934, di mana Morrow merupakan orang
pertama yang menggunakan metode ini di Inggris dan menyebutnya “rasio
penundaan”. Sejak 1952, metode tersebut berkembang pesat, khususnya di Amerika
dan negara-negara industri maju yang ada sekarang.
Dasar-dasar teknik ini
menggunakan metode statistik dalam menentukan proporsi dan besaran sampel.
Langkah penggunaan teknik adalah :
- Menentukan kegiatan yang bisa digolongkan sebagai kaitan bekerja dan tidak bekerja terhadap objek studi (karyawan, mesin, atau kedua-duanya);
- Menentukan lama waktu pengamatan terhadap satu unsur objek studi (umumnya yang tergolong kepada kegiatan bekerja);
- Menghitung proporsi satu unsur objek studi tersebut terhadap jumlah pengamatan
Penetapan tujuan dari strategi sumber daya
manusia dan pengukuran kerja adalah manajemen tenaga kerja dengan mendesain
tugas setiap orang secara efektif dan efisien di dalam pemanfaatannya. Fokus
dari strategi sumber daya manusia adalah;
- Memanfaatkan secara efisien, dengan semua keterbatasannya untuk keputusan manajemen operasional
- Memiliki kualitas kehidupan yang dapat diterima akal, untuk menciptakan suatu iklim untuk membuat komitmen atas dasar saling mempercayai.
Pengalaman Masa Lalu (Work
Sampling)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa
lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Cara ini memiliki kelebihan karena relatif murah dan mudah didapatkan. Standar
seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu atau dari data
produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak objektif dan tidak dapat
diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah
kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan, maka tiga cara yang lain adalah yang
dianjurkan.
PENGUKURAN KERJA
Pengukuran Kerja (Work Measurement)
adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam
rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam
perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk
membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu
yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja
normal disebut standar pekerja (labor standards).Metode
Manajer operasional dapat menetapkan standar
pekerja yang benar yaitu secara tepat dapat menentukan rata-rata waktu yang
dibutuhkan seorang karyawan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dalam kondisi
kerja normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan empat cara
yaitu :
Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak obyektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.Studi Waktu (Time Study)
Studi waktu adalah bagian dari prosedur
pengukuran kerja yang digunakan, dimana usaha manusia menjadi bagian dari
aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk mengukur human
time untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha
(Mundel and Danner, 1994).
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran
kerja, yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk
melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja
dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk
menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch,
pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai
data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu.
Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi
analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik
tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar.
Standar waktu digunakan untuk :
-
menentukan tenaga kerja dan peralatan yang
dibutuhkan;
-
untuk membantu dalam pengembangan metode kerja
yang efektif;
-
untuk mengatur pekerja dalam melakukan
pekerjaannya;
-
untuk membantu dalam membandingkan performansi
kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan beban kerja dan
sumberdaya yang digunakan;
-
dan untuk melaksanakan pengukuran produktivitas
secara total.
Aktivitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan
pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem
pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan “a fair day’s
pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka
estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja
dapat dibuat secara lebih akurat.
Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen
dasar kecil yang waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas.
Caranya dengan menjumlahkan faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari
pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya yang besar. Metode yang paling umum
adalah metode pengukuran waktu (MTM = Methods Time Measurement).
Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan
perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai Therblig yang ditemukan
oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktifitas seperti memilih, mengambil,
mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat, meneliti.
Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan studi waktu yaitu:(1) Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak mengganggu aktifitas sesungguhnya,
(2) Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar dilakukanmaka dapat digunakan untuk membuat rencana,
(3) Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,
(4) Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk menetapkan standar,
(5) Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.
Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)
Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930. Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaan. Hasilnya digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka diantara aktivitas yang beragam. Hal ini akan mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja. Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan, maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study). Prosedur dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:(1) Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja,
(2) Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,
(3) Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan untuk menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,
(4) Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,
(5) Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka biasanya dalam persentase.
Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan
bagaimana para pekerja mengalokasikan waktu mereka diantara beragam aktivitas
yang dilakukannya. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu
yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada aktifitas yang ada pada sejumlah
waktu tertentu. Seorang analis hanya mencatat aktivitas yang dilakukan secara
acak.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar