Perkembangan teori menajemen terjadi
saat ini adalah sangatlah pesat. Oleh karena itu , kita harus mempelajari
tentang manajemen mengenai sasaran,dan bagaimana proses perkembangan teori
teori manajemen dan prinsip prinsip manajemen itu sendiri.
A.
Aliran klasik ( yang akan di bagi menjadi dua aliran , menejemen ilmiah
dan teori organisasi klasik )
B.
Aliran hubungan manusiawi ( sering disebut aliran Neoklasik)
C.
Aliran menejemen modern
A. Aliran Klasik
Sebelum sejarah yang
disebut zaman manajemen ilmiah muncul , telah menjadi revolusi
industry pada abad ke 19 , yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan
suatu pendekatan manajemen yang sistematik. Dan kemudian dibahas dalam
teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen dan di uraikan oleh para tokoh dan
gagasan mereka.
Perkembangan
awal teori manajemen
Ada dua tokoh manajemen ,yang mengawali munculnya manajemen ilmiah, yang akan dibahas
disini, yaitu: Robert Owen dan Charles Babbage .
Robert Owen (
1771-1858)
Pada permulaan tahun
1800 an : Robert Owen , seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New
Lanark Skotlandia.Menekankan penting unsur manusia dalam produksi. Dia membuat
perbaikan - perbaikan dalam kondisi kerja , seperti pengurangan hari kerja
standar,pembatasan anak-anak dibawah umur yang bekerja,membagun perumahan yang
lebih baik bagi karayawan dan mengoperasikan toko perusahaan yang menjual
barang-barang dengan murah.
Table 3.1.: Sejarah Perkembangan
Teori Manajemen
Periode Waktu
|
Aliran Manajemen
|
Kontributor
|
1870-1930
|
Manajemen
Ilmiah
|
Fedrick
w taylor
Frank
dan Lilian Gilbreth
Henry
Gannt
Harington
Emerson
|
1900-1940
|
Teori
Organisasi Klasik
|
Henti
Fayol
Jame
J Mooney
|
1930-1940
|
Hubungan
manusiawi
|
Hawthorne
Studies
Eltion
Mayo
Fritz
Roenhlisberger
Hugo
Monsterberg
|
1940-
Sekarang
|
Manajemen
Modern
|
Abraham
Maslow Chris Argyris, Douglas Mcgregor, Edgar schien, David Mcclelend, Robert
Blake dan Jane Mauton , Ernest Dale, Peter Drucker dan sebagai nya, serta
ahli - ahli operation research( Management science)
|
Charles Babbage
(1792-1871 )
Charles Babbge,seorang
profeaor matematika dari inggris,mencurahkan banyak wktunya untuk membuat
operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien.Babbge adalah pengajur pertama
prinsip pembagian kerja melalui spesifikasinya.
1. MANAJEMEN
ILMIAH
Aliran manajemen
ilmiah ( scientific management ) ditandai konstribusi-konstribusi dari
Federick W. Taylor,Frank dan Lillian Gilbreth,Henry L. Gantt,dan
Harrington Emerson,yang akan diuraikan satu persatu.
Frederick W. Taylor
( 1856-1915 )
Manajemen ilmiah
mula-mula dikembangkan oleh Federick Winslow Taylor sekitr tahun 1900
an. Karena karyanya tersebut,Taylor disebut “bapak manajemen ilmiah”. Dalam
buku-buku literature,manajemen ilmiah sering diartikn berbeda.
Arti pertama,manajemen
ilmiah merupakan penerapan ilmiah meode studi,anlisa dan pemecahan
masalah-masalah organisasi.
Arti kedua
,manajemenilmiah adalah seperangkat mekanisme - mekanisme atau teknik - teknik
“a bag of trick” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
Taylor menuangkan
gagasan-gagasannya dalam tiga judul makalah,yaitu:Shop Management,The
Principle of Scientific Management,dan Testimony Before the Special House
Committee,yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific
Management.
Toylor memberikan
prinsip – prinsip dasar dalam penerapan pendekatan pada manajemen , sbb:
- Pengembangan metoda-metoda imiah dalam manajemen,agar,sebagai contoh,metoda yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
- Seleksi ilmiah untuk karyawan,agar setiap karyawan dapat diberikan taggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
- Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
- Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Frank dan Lillian Gilbreth
( 1868-1924 dan 1878-1972).
Contributor utama
dalam aliran ini adalah pasangan suami istri Frenk Bungker dan Lilian
Gilbreth. Dalam aliran ini Frank lebih cenderung terhadap masalah yang
sangat efisien, terutama untuk menemukan “cara yang terbaik untuk mengerjakan
suatu tugas”.
Sedangkan istrinya Lillian
Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja ,seperti
seleksi,penempatan dan latihan personalia.Dia menuangkan gagasannya dalam buku
yamg berjudul” The Psychology of Management”.
Henry L. Gantt
( 1861-1919 )
Seperti Taylor, Henry
L. Gantt mengemukakan gagasan-gagasan,yaitu :
· Saling
menguntungkan antar tenaga kerja dengan manajemen.
· Seleksi
kerjasama ilmiah tenaga kerja
· Sistem
insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas.
· Pengunaan-pengunaan,instruksi-instruksi
kerja yang terperinci.
Harrington Emerson (1853-1931)
Emerson mengemukakan
12 (dua belas) prinsip-prinsip efisiensi yang sangat terkenal, yang secara
ringkas adalah sebagai berikut:
·
Tujuan-tujuan
dirumuskan dengan jelas.
- Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
- Adanya staf yang cakap.
- Disiplin.
- Balas jasa yang adil.
- Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg – sistem informasi dan akuntansi.
- Pemberian perintah-perencanaan dan pengurusan kerja.
- Adanya standar-standar dan skedul-skedul – metoda dan waktu setiap kegiatan.
- Kondisi yang distandardisasi.
- Operasi yang distandarisasi.
- Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
- Balas jasa efisiensi-rencana intensif.
2. TEORI ORGANISASI
KLASIK
Henri Fayol, seorang
industrialis prancis,mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai
pedoman bagi pengelolaan oeganisasi – organisasi yang komplek dalam bukunya
yang terkenal,administration industrielle et generale(administrasi industrsi
dan umum). Dalam teori administrasinya dia memerincikan manajemen menjadi lima
unsur , yaitu: Perencanaan, pengorganisasian , Pemberian perintah,
Pengkordinasian, Pengawasan.
B. ALIRAN HUBUNGAN
MANUSIAWI
Aliran hubungan
manusiawi (prilaku manusia atau Neoklasik) muncul karena ketidak- puasan bahwa
yang dikemukakan pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efesiansi
produksi dan keharmonisan kerja.Para manajer masih menghadapi
kesulitan-kesulitan dan frustrasi karena karyawan tidak selalu mengikuti
pola-pola prilaku yang rasional.
Ada beberapa
ahli yang mencoba melengkapi teori organisasi Klasik dengan pandangan sosiologi
dan psikologi,yaitu :
- Hugo Munsterberg ( 1863-1916)
Dia sebagai pencecus psikologi
industri’sehingga hugo munsterberg disebut bapak “psikologi industri”. Dalam
bukunya Psikology and Industial Effisiensy,dia menguraikan tentang peralatan
psikologi untuk mencapai tujuan.
- Elton Mayo (1880-1949)
Dia mengemukakan bahwa, Hubungan manusia sering digunakan sebagai istilah
umumuntuk menggambarkan cara seorang menejer berinteraksi kepad bawahan
bawahannya. Itu bertujuan untuk menciptakan hubungan kemanusian yang baik.
C. ALIRAN MANAJEMEN MODERN
Masa manajemen modern
berkembang melalui dua jalur yang berbeda.Jalur pertama merupakan pengembangan
dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai prilaku organisasi, dan
yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah,dikenal sbg aliran kuantitatif (operation
research dan management science atau manajemen operasi
)
PRILAKU ORGANISASI
Perkembangan aliran
prilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang prilaku
manusia dan sistem sosial.Toko-toko aliran ini antara lain :
1. Abraham Maslow,yang
mengemukakan adanya “hirarki kebutuhan“dalam penjelasannya tentang prilaku
manusia dan dinamimika motivasi.
2. Douglas
McGregor dengn teori X dan teori Y nya.
3. Frederick
Herzberg yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.
4. Robert
Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manejerial (managerial grid).
5. Rensis
Likert yang telah mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara
extensive mengenai empat sistem manajemen, dari system 1 :exploitif-otoriatif
sampai system 4: partisipatif kelompok.
6. Fred
Fiedler yang menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan
7. Chris
Argyris yang memandang organisasi sebagai sistem social atau sistem antar
hubungan budaya.
8. Edgar
Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan
lain-lainnya.
Ada beberap prinsip dasar penting yang
disimpulkan dari pendapat para tokoh- tokoh manajemen modern, yaitu sebagai
berikut :
1.
Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu teknik secara ketat (peranan,
prosedur, prinsip)
2.
Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan secara hati hati.
3.
Organisasi sebagai keseluruhan dan pendekatan menejer individual untuk
pengawasan sesuai dengan situasi.
4.
Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan
organisasi sangat dibutuhkan.
ALIRAN KUANTITATIF
Aliran kuantitatif
ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi (operations research)
dalam pemecahan masalah-masalah industri, yang didasarkan atas sukses team-team
riset operasi inggris dalam perang dunia ke II. Rist operasi kemudian
diformalisasikan dan disebut aliran management science yang berfungsi untuk
penganggaran modal , manajemen aliran kas , scheduling produksi , pengembangan
strategi produksi , perencanaan pengembangan sumber daya manusia, penjagaan
tingkat persedian yang optimaldan sebagainya
Langkah-langkah
pendekatan management science biasanya sebagai berikut:
1. Perumusan masalah.
2. Penyusunan suatu model
matematis.
3. Mendapatkan penyelesaian dari
model.
4. Pengujian model dan hasil yang
didapatkan dari model.
5. Penetapan pengawasan atas
hasil-hasil.
6. Pelaksanaan hasil dalam
kegiatan-implementasi.
PENDEKATAN SISTEM
Pendekatan sistem
pada manajemen bermaksud untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan,
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan system
member manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai
bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Sistem pendekatan adalah
sangat mendasar sehingga segala sesuatu adalah saling berhubungan tau saling
tergantung. Suatu sistem terdiri dari elemen elemen yang saling tergangtung dan
saling berhubungan dan bila elemen tersebut berinteraksi maka membentuk suatu
kesatuan yang menyeluruh.
PENDEKATAN
KONTINGENSI
Pendekatan
kontingensi (contingency approach) dikembangkan oleh para manajer, konsultan
dan peneliti yang mencoba untuk menerapkan konsep-konsep dari berbagai aliran
manajemen dalam situasi kehidupan nyata. Menurut pendekatan ini tugas seorang
menejer adalah mengidentifikasikan eknik mana , pada situasi tertentu , dibawah
keadaan tertentu , dan pada waktu tertentu dana akan membawa pencapaintujuan
manajemen.
Teori
Organisasi Klasik, Neoklasik, dan Modern
TEORI
ORGANISASI KLASIK
Konsep-konsep
tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini
sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau
kadang-kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum
digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan
tugas-tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya
“rantai perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk
mengubah organisasi-organisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik
berkembang dalam tiga aliran : teori birokrasi, teori administrasi, dan
manajemen ilmiah. Ketiga aliran ini dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang
sama. Ketiganya juga mempunyai efek yang sama dalam praktek, dan semuanya
dikembangkan sekitar tahun 1990 – 1950 oleh kelompok-kelompok penulis yang
bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan.
Teori
Birokrasi
Teori
ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasl dari kata legal-rasional.
Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancanan
organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut waber bentuk organisasi yang
birokratik secara kodratnya adalah bantuk organisasi yang palinga efisien.
Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1. Pembagian kerja yang
jelas.
2. Hirarki wewenang yang
di rumuskan secara baik.
3. Program rasional
dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Sistem prosedur bagi
penanganan situasi kerja.
5. Sistem aturan yan
mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6. Hubungan-hubungan
antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi,
birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur
dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di
organisasi-organisasi modern yang labih kompleks daripada hubungan “face-to-face”
yang sederhana.
Teori
Administrasi
Teori
administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Teori
administrasi berkembang sejak tahun 1990. teori ini sebagian besar dikembangkan
atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serata Mooney
dan Reiley di Amerika.
Fayol
mengatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat menjadi 6 kelompok :
1. Kegiatan teknikal
(produksi,adaptasi).
2. Kegiatan komersial
(pembelian, pertukaran).
3. Kegiatan finansial
(pencarian suatu pengguna optimum dari modal).
4. Kegiatan keamanan
(perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi).
5. Kegiatan akutansi
(pentuan persedian, biaya, penyusunan neraca dan lapoaran rugi-laba).
6. Kegiatan manajerial
(perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan pengawasan).
Fayol
mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan
teori administrasi. Prinsip-prinsip dari Fayol tersebut secara ringkas dapat di
uraikan sebagai berikut :
1.
Pembagian
kerja,
dengan adanya pembagian kerja atau spesialisasi akan meningkatkan
produktivitas, karena seseorang dapat memutuskan diri pada pekerjaan.
2.
Wewenang
dan tanggung jawab,
wewenang adalah hak untuk memberi perintah. Seorang anggota suatu organisasi
mempunyai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan
kedudukannya.
3.
Disiplin, harus ada respek
dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi.
4.
Kesatuan
perintah,
untuk mengirangi kekacauan, kebingungan, dan konflik.
5.
Kesatuan
pengarahan,
suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya bekerja bersama
berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.
6.
Mendahulukan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
7.
Balas
jasa, pembayaran
upah atau gaji harus bijaksana, adail, tidak eksploatif dan sedapat mungkin
memuaskan kedua blah pihak dan harus ada penghargaan atas pelaksanaan tugas
yang baik.
8.
Sentralisasi, organisasi perlu
mengatur tingkat keseimbangan optimum antara sentralisasi dan desentralisasi.
9.
Rantai
skala,
hubungan antara tugas-tugas disusun atas dasar suatu hirarki dari atas ke
bawah.
10.
Aturan,
konsepsi
Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap orang, dan setiap
orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya menjadi tempatnya.
11.
Keadilan,
keadilan
juga berarti adanya kesamaan perlakuan dalam organisasi.
12.
Kelanggengan
personalia, pentingnya
adanya kelangsungan, keamanan, dan kepastian kerja.
13.
Inisiatif,
dalam
setiap tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif sendiri dalam
menyelesaikan dan mengerjakan rencana di setiap tingkat.
14.
Semangat
Korps, “persatuan
adalah kekuatan”. Pelaksanaan oprasi organisasi yang baik perlu adanya
kebanggaan, kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggotanya.
Disamping
itu, Fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen
manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas
fuingsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Fungctionalism atau teori
fungsionalisme fayol. Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor
terpenting dalam perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka
kemukakan. Mereka menekankan tiga perinsip oranisasi yang mereka teliti dan
temukan telah dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama,
militer dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah : 1)Prinsip koordinasi,
2)Prinsip skalar, dan 3)Prinsip fungsional.
Manajemen
Ilmiah
Bagaian
ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah dikembangkan
mulai sekitar tahun 1990 oleh Frederick Winslow Taylor, telah dipergunakan
cukup luas. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam praktek-praktk
manajemen modern. Manajemen iliah merupakan penerapan metode ilmiah pada stidi,
analisa, dan pemecahan maslah-masalah organisasai. Bagai kita yang penting
adalah memandang manajemen ilmiah sebagai teknik-teknik manajerial yang sangat
berharga. Empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi
perusahaan, yaitu :
1.
Menggantikan
metode-metode kerja dalam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas
dasar ilmu pengethuan tentang kerja yang ilmuah dan benar.
2.
Mengadakan
seleksi, latihan-latihan dan pengenbangan para karyawan secara ilmiah, agar
memungkinkan para karyawan bekerja sabaik-baiknya sesuai dengan
spesialisasinya.
3.
Pengembangan
ilmu tentang kerja seleksi, latihan dan pengenbangan secara ilmiah harus
diintegrasikan, sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai
tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekankan biaya produksi
menjadi rendah.
4.
Untuk
mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para
karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk
menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
Teori
Klasik : Anatomi Organisasi Formal
Teori
organisasi klasik hampir sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Hal
ini tercermin dalam teori-teori di muka yang dikemukakan oleh para penulis
terkenel, antara lain seperti Weber, Fayol, Taylor, Mooney dan reilly, Guilck
dan Urwick,
Definisi
organisasi formal
Tiga
unsur pokok orgaisasi formal yang selalu muncul dalam literatur-literatur
manajemen adalah : 1) Sistem kegiatan yang terkoordinasi, 2) Kelompok orang,
dan 3) Kerjasama untuk mencapai tujuan.
Dasar-dasar
organisasi menurut teori klasik
Menurut
para pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi atau
koordinasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum “kesatuan
kegiatan” (unity of action) itu mungkin tterjadi. Kondisi-kondisi tersebut
adalah sebagai berikut : 1) Kekuasaan, 2) Saling melayani, 3) Doktrin, dan 4)
Disiplin.
Tiang
dasar teori organisasi formal
1.
Pembagian
kerja
: pembagian kerja sebagai tiang dasar yang paling penting di antara empat tiang
dasar teori organisasi klasik. Pertimbangan pembagian kerja (spesialisasi)
adalah bahwa dengan mengembangkan pekerjaan-pekerjaan teknis organisasi akan
dicapai hasil kerja. Pendekatan untuk pembagaian kerja dalam teori organisasi
klasik ini sering juga disebut departementalisasi, atau evolusi dan
devolusi fungsional. Pembagian kerja merupakan dasar utama teori organisasi
klasik dam koordinasi. Tiang-tiang dasar lainnya dikembangkan dengan mengambil
manfaat dari adanya pembagian kerja.
2.
Proses
skalar dan fungsional
: Proses-proses ini adalah proses pertumbuhan vertikal dan horizontal
organisasi. Proses skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah
yang menghasilkan pertambahan tinkat-tingkat pada struktur organisasi. Proses
skalar dicapai melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Proses
fungsional adalah cara organisasi untuk berkembang horizontal. Dinamika
proses fungsional adalah pembagian kerja.
3.
Struktur : Struktur adalah
hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang dilaksanakan di dalam suaru
organisasi. Tujuan struktur ialah menyediakan atau memberi wadah pada
fungsi-fungsi organisasi, agar tujuam organisasi tercapai denan efektif.
Struktur organisasi meliputi sistem dan pola.
4.
Rentang
kendali
: konsep rentang kendali berhubungan dengan berapa banyak seorang atasan dapat
“mengendalikan” bawahan secara efektif. Rentang kendali ini dapat bersifat
lebih mendatar, yaitu struktur flat atau melunjang yaitu struktur tall.
Para penulis klasik menyatakan bahwa perlu untuk membatasi rentang kendali para
manajer, karena tidaklah mungkin seorang manajer melaksanakan banyak fungsi dan
mencuranhkan dirinya secara sama bagi tiap-tiap fungsi. Maka perlu pembagian
kerja dan rentang kendali yang efektif.
TEORI
ORGANISASI NEOKLASIK
Aliran
pemikiran lebih lanjut yang muncul digambarkan sebagai neoklasik, dan secara
sederhana sebagai teori atau aliran hubungan manusiawi. Teori neoklasik
dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan
dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neoklasik adalah menekankan
pentingnya aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai
bagian kelompok kerjanya.
Perkembangan
Teori Neoklasik
Teori
neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori baru yang muncul seperti teori
klasik. Teori neoklasik muncul dan “mengusulkan” perubahan-perubahan pada teori
klasik, sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi informal, dan
pengaruhnya para organisasi formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan
inspirasi percobaan-percoaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo
Nunsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga di dalam buku-buku tentang
hubungan manusiawi seperti Ardner dan Moore, Human Ralation in Industry
dan sebagainya.
Perubahan
Neoklasik pada Tiang Dasar Teori Organisasi Formal
Aliran
neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan suatu teori murni seperti yang
dilakukan aliran klasik. Pengikut aliran neoklasik adalah mereka yang membahas
kelemahan model klasik pada perilaku organisasi, tetapi tidak menentang seluruh
teori klasik.
Pembagian
Kerja (Division of Labor)
Sejak
pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie adalah
situasi dimana pedoman kerja tidak ada dan disiplin diri menjadi berkurang.
Akibat adanya pembagian kerja adalah spesialisasi yang mengakibatkan orang
terpecah belah, merasa cemburu (iri) dengan orang lain, dan sebagainya. Oleh
karena itu teori neoklasik mengemukakan perlunya :
1.
Partisipasi atau melibatkan
setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merasa “terlibat”
dengan pekerjaanya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2.
Perluasan
kerja
(job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar orang menjadi
tidak terlalu spesial tetapi dapat memperluas kemampuan dan keahlian dalam
bidang lain.
3.
Managemen
bottom-up
yang memberi kesempatan kepada “para junior” untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan manajemen puncak.
Proses-proses
Skalar dan Fungsional
Proses
skalar dan fungsional (sclar and functional processes) menimbulkan berbagai
masalah dalam pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Neoklasik menyatakan
bahwa kapasitas dan kekuasaan tak dapat dikompensasikan, karena bukan merupakan
satu-satunya hubungan; ada faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan terutama
hasil kegiatan “kaki-tangan manusia”.
Struktur
Organisasi
Tentang
struktur irganisasi, teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan
penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran (frictions) internal di antara
orang-orang yang melaksanakan fungsi yang berbeda-beda. Pergeseran-pergeseran
ini terjadi terutama antara orang-orang operasional (lini) dan oarang-orang
staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah : 1)Perbedaan tugas
antara orang lini dan staf, 2)Perbedaan umur dan pendidikan, dan 3)Perbedaan
sikap.
Rentang
Kendali
Penentuan
rentang sangat tergantung pada pebedaan individu dalam kemempuan manajemennya,
tipe orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal, serta derajat
sentralisasi, dimana neoklasik mengusulkan pengawasan bebas demokratis, sedang
klasik memilih pengawasan ketat. Rentang yang pendek mengakibatkan pengawasan
yang ketat, rentang yang luas memerlukan pendelegasian yang baik dengan
mengurangi pengawasan. Karena perbedaan individu dan organisasi, kadang-kadang
yang satu lebih baik daripada yang lain, maka rentang kendali tidak dapat
ditetapkan secara kaku.
Pandangan
Neoklasik Terhadap Organisasi Informal
Titik
tekanan teori neoklasik adalah pada dua elemen pokok dalam organisasi, yaitu
perilaku individu dan kelompok pekerja. Faktor-faktor yang dapat menentukan
munculnya organisasi informal, antara lain : 1)Lokasi : Untuk membentuk
suatu kelompok, orang harus mempunyai kontak tatap muka yang baik. 2)Jenis
Pekerjaan : Ini merupakan faktor kunci yang menentukan munculnya dan
komposisi organisasi informal. 3)Minat : Walaupun orang-orang mungkin
ada pada lokasi yang sama, melaksanakan kerja yang sejenis, pebedaan minat di
antara mereka menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal yang
kecil, di samping satu yang besar. 4)Masalah-masalah khusus :
Dalam hal ini, yang sama bergabung bersama untuk kapentingan khusus. Usaha yang
labih baik bagi manajer adalah mengembangkan suatu hubungan kerja dengan
organisasi informal yang dapat menghasilkan keselarasan pandangan organisasi
formal dan informal.
TEORI
ORGANISASI MODERN
Teori
modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang
berkaitan dengan lingkungan yang stabil, tetapi organisasi adalah suatu sistem
terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya.
Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai bidang
disiplin ilmu pengetahuan.
Dasar
Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori
organisasi dan manajemen modern dikembangkan sejak tahun 1950, Teori modern,
dengan tekanan pada perpaduan dan perancangan, menyediakn pemenuhan suatu
kebutuhan yang menyeluruh. Teori organisasi modern labih dinamis daripada
teori-teori lainnya dan meliputi lebih banyak variabel yang dipertimbangkan.
Teori modern bisa disebut sebagai teori organisasi dan manajemen yang memadukan
teori klasik dan neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju. Teori modern
menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat kompeleks, dinamis,
multilevel, multidimensional, multivariabel, dan probabilistik. Organisasi
terdiri dari antara hubungan bagian-bagian dalam suatu sistem, ada badan-badan
yang dihubungkan dengan tali elastis. Sebagi suatu sistem, organisasi tediri
atas 3 unsur : 1) unsur struktur yang bersifat makro, 2) unsur proses yang juga
bersifat makro dan 3) unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro.
Ketiganya saling kait-mengkait dan sebenarnya tak terpisahkan satu sama lain.
Teori
Sistem Umum
Tujuan
teori sistem umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasi universal
dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh sistem sebagi
titik awal. Secara ringkas, teori organisasi modern dan teori sistem umum,
mempelajari:
1.
Bagian-bagian
dalam keseluruhan dan pergerakan individu di dalam dan di luar sistem.
2.
Interaksi
individu-individu dengan lingkungan yang terjadi dalam sistem.
3.
Interkasi
di antara individu-individu dalam sistem.
4.
Masalah-masalah
pertumbuhan dan stabilitas sistem.
Teori
Organisasi Dalam Suatu Kerangka Sistem
Teori
organisasi modern sebenarnya bukan merupakan kesatuan kerangka berpikir.
Barangkali yang paling berguna dalam mempelajari sistem organisasi adalah usaha
memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan. Bagian-bagian dari sistem dan
saling ketergantungannya.
1.
Sistem
adalah individu, dan terstruktur kepribadiannya yang diberikan kepada
organisasi.
2.
Sistem
adalah penentuan fungsi-fungsi formal, yang bisa disebut organisasi formal.
3.
Dalam
sistem Organisasi adalah organisasi informal.
4.
Struktur
status dan peranan.
5.
Lingkungan
phisik pelaksana pekerjaan.
Proses-proses
hubungan dalam sistem. Teori organisasi modern menunjukan tiga kegiatan proses
hubungan universal yang selalu mucul pada sistem manusia dalam perilakunya
berorganisasi. Ketiga proses tersebut adalah komunikasi, berusaha untuk
mencapai keseimbangan, dan pengambilan keputusan. Teori modern mendefinisikan
organisasi sebagai proses-proses yang tersusun dalam suatu sistem dimana
orang-orang didalamnya berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Pendekatan-Pendekatan
Manajemen
Pendekatan-pendekatan
manajemen, yaitu pendekatan-pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, sistem
dan contingency (situasional).
Pendekatan
Proses
Pendekatan
proses dalam manajemen juga disebut pendekatan fungsional, oprasional,
universal, tradisional atau klasik. Empat prinsip pendekatan proses klasik yang
penting adalah : 1)Kesatuan perintah, 2)Persamaan wewenang dan tanggung jawab,
3)Rentang kendali yang terbatas, dan 4)Delegasi pekerjaan-pekerjaan rutin.
Pendekatan
Keperilakuan
Pendekatan
keprilakuan muncul karena ketidakpuasn terhadap pendekatan klasik. Pendekatan
ini, sering disebut pendekatan hubungan manusiawi, mengemukakan
bahwa pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan
keharmonisan kerja, karena mengabaikan faktor perilaku masing-masing individu
yang berbeda-beda dalam organisasi. Pendekatan keprilakuan menekankan
pentingnya koperasi dan moral karyawan.
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatn
kuantitatif sering dinyatakan dengan istilah managemen science atau operations
research (OR). Pendekatan ini terutama memandang manajemen dari perspektif
model-model matematis dan proses-proses kuantitatif. Menurut pendekatan
kuantitatif, masalah-masalah manajemen dapat dirumuskan dan dijabarkan dalam
berbagai bentuk model matematis, dan kemudian dianalisa serta dipecahkan dengan
menggunakan berbagai teknik atau metode kuantitatif untuk memperoleh hasil
optimum. Pendekatan ini menganalisa masalah-masalah manajemen secara logik dan
mengembangkan berbagai alternatif keputusan pamecahannya. Pendekatn kuantitatif
bukan keseluruhan manajemen, tetapi memberikan teknik-teknik sangat efektif
untuk penyelesaian masalah-masalah manajemen tertentu.
Pendekatan
Sistem
Pendekatan
Sistem dalam manajemen merupakan pendekatn paling akhir, dan dapat dipahami
dengan sudut pandang teori sistem umum atau analisis sistem. Pendekatan sistem
terutama menekankan saling ketergantungan dan keterkaitan bagian-bagian
organisasi sebagai keseluruhan. Pendekatan ini memberikan kepada manajemen cara
memandang organisasi sebagai keseluruhan dan sebagai bagian lingkungan
eksternal yang lebih luas. Pendekatan sistem umumnya dapat dikaitkan dengan
konsep-konsep organisasi formal dan teknis, sosiopsikologis dan filisofis.
Analisis berbagai sistem manajemen khusus meliputi bidang-bidang seperti
stuktur organisasi, desain pekerjaan, akutansi. Sistem informasi, dan
mekanisme-mekanisme perencaan dan pengawasan.
Pendekatan
Contingency
Pendekatan
Contingency muncul karena ketidakpuasan atas anggapan keuniversalan dan
kebutuhan untuk memasukkan berbagai variabel lingkungan ke dalam teori dan
praktek manajemen. Pendekatan contingency menggunakan hubungan-hubungan
fungsional “bila-maka” (if-then), dimana “bila” menunjukan
variabel-variabel lingkungan dan “maka” tejadi atas konsep-konsep dan
teknik-teknik manejemen yang mengarahkan ke pencapaian tujuan organisasi. Ada
tiga komponen pokok dalam kerangka konsepsual untuk pendekatan contingency :
lingkungan, konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen, hubungan kontingensi
antara keduanya.
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Manajemen
berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, mengurus, atau mengelola.
Manajemen juga berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Banyak kesulitan yang
terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen
telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya
piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang
selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada
seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang
merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan
bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian
tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang
merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol
pembangunannya.
Praktik-praktik
manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia,
Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana.
Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan
banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai
contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan
pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal
tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang
dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini
perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan
untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan
kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren
membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era
manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.
· Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua
peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun
1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The
Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis
yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor),
yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan
bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan
peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi,
jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu
yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan
lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
· Era manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu
manajemen dari kalangan insinyur seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor,
Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa
Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow
Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada
tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah
"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap
tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
· Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku
(behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen
ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an.
Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi
penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
· Era modern
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen
kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya
W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar